Surabaya Post, Rabu 3 November 1982
Oleh : Wuri Soedjatmiko
Semalam nonton film Nyi Blorong, saya
terpesona oleh sebuah adegan percakapan oleh Barry Prima dan Dorman Borisman.
Dorman, melihat Barry termenung berhari-hari, menanyakan sebabnya. Barry
bercerita, tapi meminta untuk tidak diceritakan lagi, bahwa ia mencintai istri
orang.. dengan segala usaha Dorman mencoba menyelamatkan temannya. Inilah
namanya sahabat karib. Ada kehendak untuk saling mempercayakan rahasia dan
kesediaan untuk tolong tanpa pamrih.
Saya teringat beberapa kali mempunyai sahabat
yang benar-benar karib; paling tidak itulah yang saya rasakan pada saat itu.
Sahabat karib semasa kecil yaitu teman mencari dermaenan (batang padi untuk
seruling) dan tanah liat. Bersamanya saya melakukan petualangan masa
kanak-kanak. Kemudian di SMP saya mempunyai sahabat lain yang juga karib.
Dengannya segala rahasia cinta monyet, kejengkelan pada teman dan mungkin juga
kekesalan hati karena dimarahi orang tua saling tertumpahkan. Berbeda pula
teman karib yang di SMA dan lain lagi teman karib setelah menikah. Beberapa
kali mempunyai sahabat karib, berlainan pula masalah yang mengikatnya.
****
Jaman memang banyak mengubah sikap manusia.
Pada masa ini anak di kota besar banyak yang mempunyai buku harian.
Rahasia-rahasia tidak perlu lagi ditumpahkannya kepada seseorang. Buku harian
itulah teman dalam suka dan duka. Kesibukan anak kota yang penuh dengan les
ballet, les musik, les tambahan membuat waktu senggang tidak banyak tersisa.
Juga teman sekolah yang tinggal berjauhan hingga berkilometer-kilometer dan
tetangga sebaya yang tidak satu sekolah membuat anak-anak jarang bisa akrab.
Meskipun di sekolah di sela-sela jam pelajaran terlihat anak-anak masih
bergandeng tangan dan anak laki-laki berboncengan sepeda motor di luar sekolah.
Tapi persahabatan mereka tidak atau belum dapat dikatakan akrab. Persahabatan
mereka hanya dangkal saja. Mereka pergi ke kantin bersama, tertawa dan gosip
bersama. Lebih dari itu, sepulang mereka ke rumah masing-masing tidak ada
hubungan batin lainnnya. Dalam masyarakat yang sekarang banyak “teman”
diperlukan karena pandai atau kaya dan bisa traktir. Sedangkan yang pandai atau
kaya “membeli” teman karena problem batin lainnya. Mungkin karena tidak pandai
bergaul atau besarnya ego ia harus berteman lewat “modalnya” itu. Bukan begini
model persahabatkariban.
Saya tidak mengatakan bahwa persahabatan karib
seperti yang terjalin antara Barry Prima dan Dorman dalam Nyi Blorong sekarang tidak ada. Namun berkembangnya rasa
individualis dalam masyarakat kota telah membentuk pola persahabatan yang
didasarkan atas dasar kepentingan. Persahabatan terjadi selama masing-masing
pihak dapat menyerap sesuatu dari yang lain. Persahabatan yang didasarkan atas
kesamaan hobby, kesamaan nilai-nilai yang dipunyai dan kesediaan untuk
menghayati suka-duka bersama – sekalipun masih ada – mulai terdesak oleh pola
persahabatan atas dasar kepentingan. Keadaan ini berkembang seiring dengan
berkembangnya ego pada masing-masing individu. Adakah segi negatif perkembangan
tersebut?
****
Buku harian memang merupakan pendengar yang
baik. Keluh-kesah bagaimanapun didengarnya. Dimaki sekali pun ia tidak menolak.
Buku harian memang berfungsi positif sebagai tempat curhatan hati – terutama bagi
kaum remaja yang sedang memberontak terhadap segalanya. Namun, kekurangan buku
harian adalah karena ia tidak dapat memberikan nasihat, buku harian tidak dapat
menuding kesalahan penulisnya. Buku harian adalah teman yang membisu sehingga
berteman karib dengan buku harian membuat unsur manusia lenyap di satu pihak.
Padahal manusia selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Ia membuat
sukses tetapi tidak ada yang memuji. Apa arti sukses tersebut baginya? Ia
mengalami kesenangan yang luar biasa tetapi tak ada yang ikut tertawa
bersamanya. Berartikah kesenangan ini baginya? Ia berbuat kesalahan dan tidak
ada yang menegur. Rasa berdosa tidak dapat terangkat dari nuraninya.
****
Individualisme malah juga mendukung
manusia-manusia introvert untuk lebih menarik diri. Lingkungan membuat sikapnya
yang tidak dapat bergaul nampak wajar. Padahal sebetulnya di dalam hati
kecilnya, ada keinginan besar untuk diakui teman-temannya atau seorang teman
karib. Ia berusaha untuk menonjol di dalam kelas. Namun usaha seperti ini
sering dianggap “mencari muka” pada guru.
****
Yang paling ideal dalam kehidupan anak manusia
adalah apabila orang tua dapat menjadi sahabat karib anak-anaknya. Sebagai
sahabat karib orang tua dapat menjadi pendengar yang baik dan memberikan nasihat
yang dewasa. Tetapi tak dapat disangkal bahwa dalam waktu-waktu tertentu
seorang sahabat karib sebaya lebih diperlukan anak remaja. Orang tua juga boleh
senang kalau anaknya mempunyai sahabat karib. Apalagi kalau sahabat karib
tersebut memberikan pengaruh baik terhadap anaknya. Jika tidak, orang tua dapat
menghimbau anaknya memberikan pengaruh positif kepada teman-temannya. Namun,
pada umumnya, karena namanya saja sahabat karib maka sikap dan sifat kedua anak
tadi tidak akan berbeda jauh. Seorang anak yang patuh jarang sekali dapat
menjadi sahabat karib seorang pemberontak, misalnya. Orang tua dapat mendorong
kebutuhan anaknya akan sahabat karib dengan sering mengundang si teman dan
bersikap manis terhadapnya. Justru kalau anaknya introvert orang tua malah
diharapkan mencarikan seorang sahabat karib bagi anaknya. Bagaimana kalaiu ia
tidak mau? Anak demikian mungkin lebih berbahagia dalam kesendiriannya.
Biarkanlah ia menjadi dirinya sendiri sambil diawasi lewat pendekatan orang
tua. Mungkin bagi anak seperti ini buku bacaan, buku pelajaran, dan buku harian
adalah sahabat karibnya yang paling setia. Kita pun semua mengenal Buku Harian
Anne Frank yang kemudian menjadi sangat terkenal. Meski demikian, orang tua
harus selalu di dekatnya untuk bersedia menampung curahan hatinya apabila suatu
waktu ia membutuhkan “berbicara”.
****
Kehidupan anak yang lain terjadi di sekolah.
Di sini para gurulah yang berperan. Guru dapat menjadi sahabat bagi siswanya
apabila ia mengenal siswa-siswa tersebut secara perseorangan dan bukan bagian
dari kelas tertentu atau “yang duduk di pojok sana” apalagi nomor.
Keinginan untuk mempunyai sahabat karib adalah
suatu sikap dan sikap ini harus dipelajari. Guru dapat membantu siswa menemukan
sikap-sikap; sikap telaten mendengarkan pihak lain berbicara, sikap senang
mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan, sikap bersedia membuka diri,
sikap mau berkompromi. Memang sekolah bertanggung jawab terhadap perkembangan
individu, yaitu persaingan sehat dalam pelajaran. Tetapi sekolah juga dititipi
aspek pendidikan di samping pengajaran. Manusia bukan hanya individu, tetapi
juga bagian dari masyarakat. Guru yang mengenal siswanya, secara
perseoranganlah yang sangat membantu siswa dalam pendidikan sikap-sikap.
****
Sahabat karib, terutama di kalangan remaja,
memang sangat diperlukan agar banyak masalah kejiwaan tidak mengendap dan
berkembang negatif. Pada saat bersamaan masyarakat kita berkembang makin
individualistis terutama di kota-kota besar. Dua kenyataan yang saling bertolak
belakang tersebut menimbulkan pertanyaan. Tidakkah tiba saatnya
persahabatkariban di kalangan remaja mulai diperhatikan dan diaktifkan dalam
masyarakat kita yang berangkat menjadi individualistis? Memang sepintas lalu
sering kita melihat anak-anak bergerombol dan kelihatan akrab. Namun berapa
yang benar-benar merupakan sahabat karib?